HORISON Januari 2008

M. Hasan Sanjuri
MEMBACA MASA SILAM


aku belum bisa tidur, matahari yang menyinariku dari tahun ke tahun selalu berubah warna. pintu-pintu rumah tertutup. air sungai dipenuh bangkai, seorang ibu mencuri kain putih untuk mengkafani anaknya. gaun hitam yang dipakainya terbuat dari penyesalan. aku takut menanyakan suaminya yang tak kunjung pulang. akankah ia masih janda? atau serdadu yang berusaha membela negaranya? di negeri ini, masihkah perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki?

pertanyaan jadi buntu. tawar-menawar harga barang di pasar jadi buntu. deru kendaraan di terminal jadi buntu. ceramah-ceramah agama jadi buntu. waktu itu pesta kemerdekaan disiarkan di radio. tahun-tahun berlalu membawa kemiskinan. sebuah kota tua bercerita tentang perjuangan melalui gedung-gedung yang hampir roboh.

bendera-bendera berkibar di setiap ujung jembatan, seperti malaikat melambaikan tangannya di bawah patung pahlawan. anak-anak sd berjemur di lapangan bundar. keringatnya meleleh, seperti kesedihan sepuluh tahun yang lalu.

sejak itu, aku teringat pada hari-hari penuh seragam sekolah. ada makhluk asing mengirim telegram kepadaku, tentang nyawa, tentang nasib yang tergadaikan.

2007

Sabtu, 10 Oktober 2009 di 07.37

0 Comments to "HORISON Januari 2008"